Rabu, 25 Juni 2014

Makalah Pengembangan Persiapan Mengajar


PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR
MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Perencanaan Pembelajaran


Kelompok 6:
Endah Dwy Kurniasari
Friska Dwi Nur Hidayati
Nima



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ABDURACHMAN SALEH SITUBONDO
2014






KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menolong untuk menyelesaikan makalah dengan penuh kemudahan.Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Pengembangan Persiapan Mengajar” kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran .
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran yaitu Ibu Reki Lidyawati, S.Pd.I, M.Pd.I yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar, dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun kami berharap makalah ini memiliki kelebihan, namun pastinya masih ada kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik.
Situbondo, 07 Juni 2014
Penyusun


 Kelompok 6





BAB 1  PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
            Salah satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugasnya adalah mengembangkan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar   penting dilakukan guru agar pembelajaran lebih efektif, efisien,   dan tidak melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya.
            Kompetensi mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai guru secara baik, namun pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menguasainya, sehingga dalam melakukan proses pembelajaran masih banyak yang bersifat konvensional. Dampak dari pembelajaran konvensional  ini antara lain aktivitas guru lebih dominan dan sebaliknya siswa kurang aktif karena lebih cenderung menjadi pendengar. Disamping itu pembelajaran yang dilakukannya juga kurang menarik  karena pembelajaran kurang variatif. Melalui tulisan singkat ini akan dipaparkan tentang bagaimana mengembangkan bahan ajar modul dan pemanfaatannya dalam proses pembelajaran.
Arti dan Peran Bahan Ajar
            Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis  berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat sistematis artinya disusun secara urut  sehingga memudahkan siswa belajar. Di samping itu bahan ajar juga bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya digunakan untuk sasaran tertentu dan dalam proses pembelajaran tertentu, dan spesifik artinya isi bahan ajar dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai kompetensi tertentu dari sasaran tertentu.
            Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sangat penting artinya bagi guru dan siswa. Guru akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan efektivitas pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu pula bagi siswa, tanpa adanya bahan ajar siswa akan mengalami kesulitan dalam belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika guru dalam menjelaskan materi pembelajarannya cepat  dan kurang jelas. Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Bahan ajar pada dasarnya memiliki beberapa peran  baik bagi guru, siswa, dan pada kegiatan pembelajaran.
Peran Bahan Ajar
            Pemanfaatan bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting. Peran tersebut menurut Tian Belawati (2003: 1.4 – 1.9) meliputi peran bagi  guru, siswa, dalam pembelajaran klasikal, individual, maupun kelompok. Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas akan dijelaskan masing-masing peran sebagai berikut:
Bagi Guru; bahan ajar bagi guru memiliki peran yaitu:
1)      Menghemat waktu guru dalam mengajar.
Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak perlu menjelaskan secara rinci lagi.
2)      Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang fasilitator. 
Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru lebih bersifat memfasilitasi siswa dari pada penyampai  materi pelajaran.
3)      Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan interaktif.
Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif karena guru memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami suatu topik pembelajaran,  dan juga metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena guru tidak cenderung berceramah.
Bagi Siswa; bahan ajar bagi siswa memiliki peran yakni:
1)      Siswa dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru
2)      Siswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki
3)      Siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.
4)      Siswa dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
5)      Membantu potensi untuk menjadi pelajar mandiri.
Dalam Pembelajaran Klasikal; bahan ajar memiliki peran yakni:
1)      Dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari buku utama
2)      Dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama.
3)      Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
4)      Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu topik dengan topik lainnya.
Dalam Pembelajaran Individual; bahan ajar memiliki peran yakni:
1)      Sebagai media utama dalam proses pembelajaran
2)      Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa memperoleh informasi.
3)      Penunjang media pembelajaran individual lainnya.
Dalam Pembelajaran Kelompok; bahan ajar memiliki peran yakni:
1)      Sebagai bahan terintegrasi  dengan proses belajar kelompok.
2)      Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama




1.2 RUMUSAN MASALAH

*      Bagaimana Cara Pengelolaan Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar?

1.3 TUJUAN

*      Untuk mengetahui cara pengelolaan pembelajaran dan pengembangan bahan ajar.



BAB 2  PEMBAHASAN

2.1 PENGELOLAAN SISWA
Dalam hal ini pengelolaan peserta didik menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto (1982) adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga. Dengan demikian pengelolaan peserta didik itu bukanlah dalam bentuk pencatatan/pengelolaan data peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan di sekolah..
Penempatan Peserta Didik
Sebelum peserta didik yang telah diterima mengikuti kegiatan belajar, terlebih dahulu perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.
Dasar-dasar pengelompokkan peserta didik ada lima macam, yaitu :
a)      Friendship Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan kesukaan di dalam memilih teman diantaranya peserta didik itu sendiri.
b)      Achievement Grouping. Pengelompokkan belajar dalam hal ini adalah campuran antara peserta didik yang berprestasi tinggi dan peserta didik yang berprestasi rendah.
c)      Aptitude Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki oleh peserta didik itu sendiri.
d)     Attention or Interest Grouping. Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas perhatian atau minat yang didasari oleh kesenangan peserta didik itu sendiri.
e)      Intelligence Grouping. Pengelompokkan yang didasarkan atas hasil test intelegensi yang diberikan kepada peserta didik.
                     Guru dapat mengatur dan merekayasa segala sesuatunya.Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang ada ketika proses belajar mengajar berlangsung.Menurut Andree,(1982) ada beberapa pengelompokkan siswa :
a)      Task planning groups : pengelompokan berdasarkan rencana tugas.
b)      Teaching groups : siswa mengerjakan tugas yang sama pada waktu yang sama.
c)      Seating groups : pengelompokan yang bersifat umum, beberapa siswa duduk mengelilingi meja.
d)     Joint leaning groups: pengelompokan siswa dimana satu kelompok siswa bekerja dengan kegiatan yang saling terkait dengan kelompok lain.
e)      Collaborative-groups : kelompok kerja yang menitik beratkan pada kerjasama tiap individu pengelompokan siswa merupakan kegiatan atau tindakan dalam rangka optimalisasi pembelajaran.


2.2  PENGELOLAAN GURU
Pengetahuan adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang mengetahuinya (Majid,2011:123).Guru dituntut memiliki pengetahuan yang luas dan memiliki kode etik guru.
Beberapa prinsip dasar kode etik guru :
a.       Keharusan ilmu yang harus dibarengi dengan pengalamannya
b.      Bersikap kasih sayang terhadap siswa
c.       Menghindarkan diri dari ketamakan
d.      Bersikap toleran dan pema’af
e.       Menghargai kebenaran
f.       Keadilan dan keinsafan
g.      Rendah hati
h.      Ilmu adalah untuk pengabdian bagi orang lain
i.        Ing ngarso sung tuladha,ing madya mangun karsa,tut wuri handayani.
Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan tanggung jawab guru secara formal. Pelayanan peserta didik sebaiknya diarahkan pada :
a.     Perkembangan kreativitas, bakat dan minat anak;
b. Keikutsertaan dalam memiliki sekolah sebagai lembaga pendidikan di mata mereka memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara langsung melalui proses belajar mengajar.
c.   Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa dirinya memiliki potensi positif yang dapat dikembangkan.
d.      Pembentukan moral dan etika sebagai peserta didik, dan
e.       Kebutuhan peserta didik dalam menghadapi kesulitan belajar.

2.3 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat dijelaskan dengan dasar  kecenderungan-kecenderungan reksi asli, kematangan, atau perubahan-perubahan sementara dari organisme. ( learning is the process by which an activity originates or is changed through reacting to an encountered situation, provided that the characteristics of the change in activity cannot be explained on the basis of native response tendencies, maturation, or temporary states of the organisme).
Dari pengertian diatas dapatlah disimpulkan bahwa pembelajaran itu adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya mendayagunakan potensi kelas.
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.
Jadi pengelolaan pembelajaran adalah pengelolaan kelas (classroom management) berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan keadaan dua pengertian yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif. Berikut dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut.
1.      Berdasarkan pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas melalui penerapan kelas secara ketat.
2.      Pendekatan permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru memberi kebebasan untuk siswa melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang mereka inginkan.
Pengelolaan pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang yang dimulai dengan perencanaan, pengorganisasian dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, waktu dan dan personel yang diperlukan. Sedang pengorganisasian merupakan pembagian tugas kepada personel yang terlibat dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran, pengkoordinasian, pengarahan dan pemantauan. Evaluasi sebagai proses dilaksanakan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang telah dicanangkan, faktor pendukung dan penghambatnya.
Pengelolaan adalah proses mengatur agar seluruh potensi secara optimal dalam mendukung tercapainya  tujuan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pengerahan (aktuating), pengawasan (controlling).
Prinsip-prinsip pengelolaan pembelajaran
Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membangun makna ata pemahaman, karenanya dalam pembelajaran guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk menggunakan potensi dan otoritas yang dimilikinya, untuk membangun suatu gugusan, pencapaian keberhasilan belajar tidak hanya menjadi tanggungjawab untuk menciptakan motivasi siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan sepanjang hayat, karenanya dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran, guru harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran sebagai berikut.
ü  Berpusat pada siswa
Setiap siswa pada dasarnya berbeda, dan telah ada dalam dirinya minat (Interest) kemampuan (Ability), kesenangan (Preference), pengalaman (Experience), dan cara belajar (Learning Style) yang beda antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
ü  Belajar dengan melakukan
Pada hakikatnya dalam kegiatan belajar siswa melakukan aktivitas-aktivitas. Aktivitas siswa akan sangat ideal bila dilakukan dalam kegiatan nyata yang melibatkan dirinya, terutama untuk mencari dan menemukan, serta mempraktekannya sendiri.
ü  Mengembangkan keingintahuan
Manusia terlahir memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang dimiliki siswa merupakan modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif.
ü  Mengembangkan pemecahan masalah
Dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang harus dipecahkan.
ü  Mengembangkan kreativitas siswa
Siswa memiliki potensi yang berbeda perbedaan itu terlihat pada pola pikir daya imajinasi fantasi dan hasil karyanya, karena itu kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kegiatan kreasi secara berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa.
ü  Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Agar ilmu pengetahuan dan teknologi yang diproduksi manusia dapat dimanfaatkan oleh manusia pada umumnya serta siswa pada khususnya. Siswa perlu mengenal dan mampu menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi sejak dini serta tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
ü  Memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak

Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya guru harus mampu menempatkan diri senbagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu menurut Prabowo [2000], bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:
1.      Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar;
2.      Pemberian tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerjasama kelompok;
3.      Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan.
2.4 PENGELOLAAN LINGKUNGAN KELAS
Salah satu faktor penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap sebagai hasil dari proses belajar.
Lingkungan kondusif menurut Mulyasa (2004:16) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan kegiatan sebagai berikut :
a.       Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
b.      Memberikan pembelajaran remedial.
c.       Mengembangkan organisasi kelas yang efektif.
d.      Menciptakan suasana kerjasama dan saling menghargai.
e.       Melibatkan siswa dalam proses perencanaan pembelajaran.
f.       Mengembangkan proses pembelajaran.
g.      Mengembangkan system evaluasi pembelajaran.
Desain Lingkungan fisik
Dalam manajemen kelas efektif, lingkungan fisik merupakan faktor yang sangat penting. Oleh Karena itu, lingkungan fisik harus dapat didesain secara baik dan lebih dari sekedar penataan barang-barang di kelas. Menurut Everston et al. (2003) dalam Santrock (2008), terdapat empat prinsip yang dapat dipakai dalam menata kelas, yaitu:
  • Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku siswa, meja guru, dan lokasi penyimpanan alat tulis, rak buku, computer dan lokasi lainnya. Area-area harus dapat dipisahkan sejauh mungkin dan dipastikan mudah diakses, karena gangguan dapat terjadi pada daerah yang sering dilewati.
  • Pastikan bahwa Guru dapat dengan mudah melihat semua anak. Sebagai manajer kelas, guru penting untuk memonitor anak secara cermat. Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja guru, lokasi instruksional, meja anak, dan semua anak.
  • Materi Pengajaran dan Perlengkapan anak harus mudah diakses. Hal ini akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, serta mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
  • Pastikan siswa dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan di mana anda dan siswa anda akan berada saat presentasi kelas diadakan. Pada aktivitas ini, anak tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya.
2.5 PENGEMBANGAN SUMBER DAN BAHAN AJAR
Pengertian Sumber Belajar
Sadiman mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar (Sadiman, Arief S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pembelajaran, makalah, 2004)
Pengertian Bahan Ajar
Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Pengelompokan bahan  ajar menurut Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève dalam website adalah sebagai berikut :
ü  Integrated media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their programs under the name of Medienverbund or Mediamix (Feren Universitaet and Open University respectively).
http://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http:// tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève.
ü  Media tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif  terintegrasi  yang kemudian disebut sebagai medienverbund (bahasa jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix. 
Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien mengelompokkan menjadi tiga besar,
1.      Auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte). 
2.      Visual (visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm), video bisu (Stummvideo), program komputer (Computer-Lernprogramm), bahan tertulis dengan dan tanpa gambar (Lerntext, mit und ohne Abbildung). 
3.      Audio visual (audiovisuell) yang menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild), pertunjukan suara dan gambar (Tonbildschau),dan film/video.
Jenis Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket.  Bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio visual) seperti  video compact disk, film.  Bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material)  seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas tentang bahan ajar cetak. Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku pedoman tersendiri.

1.      Bahan Ajar Cetak (Printed)

Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk.  Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994 yaitu:
a.       Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari
b.      Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
c.       Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah secara mudah
d.      Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu
e.       Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana saja
f.       Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
g.      Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar
h.      Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.
a.      Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik.  Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given. Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/ KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik.  Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari internet, atau menyadur dari sebuah buku. 
b.      Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai fiksi.   Menurut kamus oxford hal 94, buku diartikan sebagai: Book  is number of sheet of paper, either printed or blank, fastened  together in a cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan  buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai dengan ide penulisannya.  Buku pelajaran berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan seterusnya.
c.       Modul
Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak tentang:
·   Petunjuk belajar (Petunjuk siswa/guru)
·   Kompetensi yang akan dicapai
·   Content atau isi materi
·   Informasi pendukung
·   Latihan-latihan
·   Petunjuk kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
·   Evaluasi
·   Balikan terhadap hasil evaluasi
      Sebuah modul akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya.  Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik, dilengkapi dengan ilustrasi.
d.      Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik.  Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.  Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.  Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja.  Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya.   Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa  teoritis dan atau tugas-tugas praktis.   Tugas teoritis misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk dipresentasikan.  Sedangkan tugas praktis dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat.  Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah KD dikuasai oleh peserta didik.
e.       Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996).   Dengan demikian, maka brosur dapat dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja.  Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
f.       Leaflet
A separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New World, 1996) Leaflet adalah bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak dimatikan/dijahit.  Agar terlihat menarik biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami.   Leaflet sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik untuk menguasai satu atau lebih KD. 
g.      Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses atau  grafik yang bermakna menunjukkan posisi tertentu.  Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi siswa maupun guru, maka wallchart didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar.  Karena didesain sebagai bahan ajar, maka wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik, diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai  contoh wallchart tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.      Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu atau lebih KD.
Menurut Weidenmann dalam buku Lehren mit Bildmedien menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%.  Foto/gambar yang didesain secara baik dapat memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara menggunakannya dan atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki kriteria sebagai berikut:
·         Gambar harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data. Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau tidak ada yang dapat dipelajari.
·         Gambar bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar mengerti, tidak salah pengertian.
·         Lengkap, rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.




DAFTAR PUSTAKA



Ringkasan eksekutif,,,,Penataan Guru Di Masa Depan,,,,Badan Penelitian dan Pengembangan Kementrian Pendidikan Nasional 2011

Panduan pengembangan bahan ajar 6-15 2008


Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.

Tian Belawati, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar . Jakarta: Pusat Penerbitan UT.

Universitas Terbuka (1997). Panduan Operasional Penulisan Modul. Jakarta: UT

Vembriarto, St. (1985). Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan Paramita.

Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa. CV Rajawali. Jakarta.

Fauzi, Ahmad. 2012.Manajemen Pembelajaran. Deepublish. Yogyakarta.

Mariyana, Rita, DKK. 2010. Pengelolaan Lingkungan Belajar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP Press. Mataram.

Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu dalam teori dan praktek. Prestasi Pustaka. Jakarta








Tidak ada komentar:

Posting Komentar