Senin, 30 Juni 2014

Makalah Media Pembelajaran


MAKALAH
MEDIA PEMBELAJARAN




Di susun oleh :
Friska Dwi Nur Hidayati
201310238
2F


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ABDURACHMAN SALEH SITUBONDO
2014



KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah menolong untuk menyelesaikan makalah dengan penuh kemudahan.Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah yang berjudul “Media Pembelajaransaya susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran .
Saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Media Pembelajaran “ Syaiful Bahri,S.Pd ” yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar, dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun saya berharap makalah ini memiliki kelebihan, namun pastinya masih ada kekurangan, maka dari itu saya mohon kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik.




Situbondo, 29 Juni 2014
                               Penyusun


Friska Dwi Nur Hidayati


  
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1     LATAR BELAKANG

Menurut undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1, pendidikan adalah  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang pendidik harus mampu memberikan  pendidikan dan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didiknya. Dilihat dari sisi proses pembelajaran, guru terkadang melupakan prinsip dasar pembelajaran KBM yaitu memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka akan mampu meningkatkan pemahamannya terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk  berpikir logis,  kritis dan kreatif.
Dalam hal ini keberadaan media dalam setiap  pembelajaran sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan materi pelajaran yang mampu memberdayakan peserta didik dan meningkatkan pemahaman terhadap fakta/konsep/prinsip sangatlah penting dimasukkan sebagai bagian dari strategi  pembelajaran sehingga proses pembelajaran berjalan optimal.Untuk mengenal lebih jauh tentang media dan sebagai acuan untuk pemilihan media dalam pembelajaran, maka perlu pengkajian tentang jenis-jenis dan karakteristik media pembelajaran itu sendiri.

1.2 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa yang dimaksud dengan media pembelajaran?
2.      Apa tujuan dan manfaat media pembelajaran?
3.      Bagaimana pertimbangan dan perkembangan media pembelajaran?
4.      Apa fungsi media pembelajaran?
5.      Apa saja model-model media pembelajaran?

1.3 TUJUAN MASALAH
1.      Untuk mengetahui tentang media pembelajaran.
2.      Untuk mengetahui tentang manfaat dan tujuan media pembelajaran.
3.      Untuk mengetahui tentang pertimbangan dan perkembangan media pembelajaran.
4.      Untuk mengetahui fungsi media pembelajaran.
5.      Untuk mengetahui model-model media pembelajaran.





BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Media Pembelajaran
Media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi dari pengirim kepada penerima (pesan). Istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang dilakasanakan secara sengaja dengan tujuan yang ditetapkan telebih dahulu sebelum  proses dilaksanakan, serta yang pelaksanaannya terkendali.
Sementara itu definisi dari media pembelajaran bermacam-macam diantaranya.
Media pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan pesan pembelajaran atau mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang.
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Namun dari kedua definisi tersebut,  jelas bahwa media pembelajaran digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.

2.2 Tujuan dan Manfaat Media Pembelajaran
Tujuan Media  Pembelajaran
Tujuan media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut :
a)      Mempermudah proses pembelajaran di kelas
b)      Meningkatkan efisiensi proses pembelajaran
c)      Menjaga relevansi antara materi pelajaran dengan tujuan belajar
d)     Membantu konsentrasi pembelajar dalam proses pembelajaran
Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut :
a)      Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
b)      Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih di pahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik
c)      Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-semata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
d)     Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasa dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lainya.

1. Manfaat Media pembelajaran bagi pengajar, yaitu:
            a. memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan
            b. menjelaskan struktur dan urutan pengajarn dengan baik
            c. memberikan kerangka sistematis secara baik.
            d. memudahkan kembali pengajar terhadap materi pembelajaran
            e. membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam pembelajaran.
            f. membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.
            g. meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Manfaat media  pembelajaran bagi pembelajar, yaitu:
            a. meningkatkan motivasi belajar pembelajar
            b. memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar
            c. memberikan struktur materi pelajaran
            d. memberikan inti informasi pelajaran
            e. merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis.
            f. menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
            g. pelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar . 

2.3 Pertimbangan Pemilihan Media
            Pertimbangan media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena media yang dipilih harus sesuai dengan:
            1. tujuan pengajaran
            2. bahan pelajaran
            3. metode mengajar
            4. alat yang dibutuhkan
            5. pribadi mengajar
            6. minat dan kemampuan mengajar
            7. situasi pengajaran yang sedang berlangsung
            Keterkaiatan antara  media pembelajaran dengan tujuan, materi, metode, dan kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan pertimbangan pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam proses pembelajaran dikelas, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab media pembelajaran tidak dapat berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki hubungan secara timbalebalik dengan  empat aspek tersebut. Dengan demikian, alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

2.4 Fungsi Media Pembelajaran
Media Pembelajaran berfungsi untuk merangsang pembelajaran dengan:
            1.menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langkah
            2.membuat duplikasi dari obyek yang sebenarnya
            3.membuat konsep abstrak ke konsep konkret
            4.memberi kesamaan persepsi
            5.mengatasi hambatran waktu, tempat, jumlah, dan jarak
            6.menyajikan ulang informasi secara konsisten
            7.memberi suasana yang belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik.

Selain fungsi diatas. Livie dan Lentz(1982) mengemukakan 4 fungsi media pembelajaran yaitu:
1.      Fungsi atensi berarti media visual merupakan inti, menarik dan mengrahkan perhatian pembelajar akan berkosentrasi pada isis pelajaran
2.      Fungsi afekti maksudnya media visual dapat dilihat dari tingkat kenikmaran pembelajar ketika belajar membaca teks bergambar.
3.      Fungsi kognitif yaitu mengungkapkan bahwa lambang visual mempelancar pencapaian tujuan dalam memahami dan mendengar informasi
4.      Fungsi kompensatoris yaitu media visual memberikan konteks untuk memahami teks dan membantu pembelajr yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.

Dari empat fungsi visual, dapat dikatakan bahwa belajar dari pesan visual memerlukan keterampilan tersendiri. tehnik afektif adalah tehnik untuk memahami tehnik pesan visual. yang terbagi dari beberapa fase seperti dibawah ini:
1.      Fase diffrensiasi. yaitu dimana pembelajar mula-mula mengamati, mengidentifikasi dan menganalisis
2.      Fase integrasi yaitu di mana mempelajar menempatkan unsure-unsur visual secara serempak, menghubungkan pesan-pesan visual kepada pengalaman pengalamannya.
3.      Kesimpulan, yaitu dari pengalaman visualisai untuk kemudian menciptakan konseptualisasi baru dari apa yang mereka pelajari sebelumnya.

Hasil penelitian Edmund Faison, dkk dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai tentng pennggunaan gambar visual dalam pembelajaran disimpulkan:
1. Terdapat beberapa hasil penelitian bahwa untuk memperoleh hasil belajar bagi pembelajar secara maksimal yaitu:
            1.Gambar-gambar yang digunakan harus jelas
            2.Gambar harus familiar dgn pembelajar
            3.Gambar yang digunakan ukurannya cukup besar
2. Terdapat bukti, gambar-gambar berwarna lebih menarik minat pembelajar.
3. Hasil penelitian Mabel Rudisill. gambar-ganbar yang disukai anak-anak adalah gambar-gambar berwarna yang menumbuhkan impresi atau kesan realistik.

2.5 Model-model Media Pembelajaran
1. Koperatif (CL, Cooperative Learning).
Pembelajaran koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi (sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu konsep,  menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari 4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL, Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya, yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing, menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi), learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi, investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism (membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis), reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya darei berbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Realistik (RME, Realistic Mathematics Education)
Realistic Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip, algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
4. Pembelajaran Langsung (DL, Direct Learning)
Pengetahuan yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung. Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.  Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar siswa dap[at berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
6. Problem Solving
Dalam hal ini masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah: sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya menemukan solusi.
7. Problem Posing
Bentuk lain dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan  melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar, identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative, menyusun soal-pertanyaan.
8.    Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi, sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan, keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah kontekstual kaya makna  secara matematik (gunakan gambar, diagram, table), kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit dilepas mandiri).
Sintaknya adlaha menyajikan masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa, bimbingan dan pengarahan,  membuat kesimpulan.
9.    Probing-prompting
Teknik probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.
Dengan model pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan  dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
10.  Pembelajaran Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi (deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi (aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11.    Reciprocal Learning
Weinstein & Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri. Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal, yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul, membaca-merangkum.

12.    SAVI
Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan dari: Somatic  yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
13.    TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah selesai kerja kelompok  sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a)      Buat kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan \mekanisme kegiatan
b)      Siapkan meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil kesewpakatan kelompok.
c)      Selanjutnya adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu (misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya diperik\sa  dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar)  superior, very good, good, medium.
d)     Bumping, pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.), dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e)      Setelah selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan penghargaan kelompok dan individual.
14.    VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.

15.    AIR (Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16.  TAI  (Team Assisted Individualy)
Terjemahan bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan imposisi-intruksi.
Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok  secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
17.    STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor tim dan individual dan berikan reward.
18.    NHT (Numbered Head Together)
NHT  adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri reward.
19.  Jigsaw
Model pembeajaran ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini. Pengarahan, iformasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar (LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal, pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.
20.  TPS (Think Pairs Share)
Model pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan  kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis individual, buat  skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan berikan reward.









BAB 3 PENUTUP
3.1       Kesimpulan
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan. Pemilihan salah satu metode tertentu akan mempengaruhi jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus diperhatikan dalam memilih media.
Media mempunyai manfaat dan fungsi sebagai sarana bagi guru untuk dapat menyampaikan materi pelajaran menjadi lebih menarik, tidak hanya monoton, siswa tidak hanya diajak untuk berhayal dan membayangkan saja tetapi siswa dapat melihat kenyataan walaupun hanya melalui gambar ataupun video.

3.2       Saran
Sebaiknya bagi seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran sehingga siswa lebih antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan dan motivasi belajar menjadi lebih meningkat.







DAFTAR PUSTAKA
M. Atwi Suparman, Desain Instruksioanal, Jakarta/ PAU-PPAI universitas terbuka 2001, h.187
The Audio visual Directory. Fairfax, Virginia: National Audio Visual Association, Inc,1981.
Arsyad, Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kemp, Herold E. Planning & producing Audiovisual. Materials, 1975.
Schramm, Wilbur. Big Media Little Media: Tolls ang verly Hills. Callifornia, 1977.


Rabu, 25 Juni 2014

Proses Pembuatan Roti Manis

 

Bahan-Bahan :

  1. Tepung terigu cakra : 1000 gram
  2. Ragi instan : 22 gram 
  3. Air : 400 gram
  4. Panili 2
  5. Gula pasir : 225 gram 
  6. Garam : 12 gram
  7. Mentega atau butter :200 gram (dicairkan)
  8. Baham tambahan makanan / sp : 10 gram 
  9. susu bubuk : 27 gram
  10. pelembut roti/dyna sof : 12 gram
  11. kuning telur : 4 butir

Bahan isi : 
  1. Coklat : 100 gram
  2. Selai nanas/bluberry (sesuai selera) : 250 gram
  3. Keju : 100 gram

Cara membuat :
  1. Campur semua bahan kering, kecuali garam. Masukkan telur dan air, aduk hingga adonan menyatu. Masukkan mentega cair dan garam. Aduk hingga kalis (lengket)
  2. Istirahatkan selama 15 menit.
  3. Bagi atau potong adonan dengan berat timbangan 25 gram, lalu bulatkan.
  4. Istirahatkan kurang lebih selama 15 menit.
  5. Buang gasnya, bentuk dan isi sesuai selera kita.
  6. Susun diloyang yang di olesi dengan mentega dan alasi dengan menggunakan kertas roti. Oles permukaan roti dengan bahan olesan roti ( susu cair + kuning telur).
  7. Istirahatkan kurang lebih 60 menit,hingga adonan cukup mengembang (di final profing).
  8. Bakar atau dipanggang atau di oven pada suhu 180-200 derajat celcius selama kurang lebih 15 menit sampai 20 menit.
  9. Bila roti sudah kelihatan kuning kecoklatan keluarkan dari oven dan letakkan loyang roti diatas oven selama 3-5 menit. 
  10. Setelah 5 menit angkat dan oles dengan margarin atau mentega.
  11. Setelah diolesi dengan mentega atau margarin, roti siap dihidangkan dengan secangkir teh atau kopi 

Akuntansi

AKTIVA TETAP

A. Pengertian


Aktiva tetap adalah aktiva (kekayaan) yang dimiliki oleh perusahaan, yang sifatnya permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan untuk jangka panjang serta mempunyai nilai yang cukup material.
Aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut :

  1. Digunakan dalam kegiatan normal perusahaan, artinya aktiva tersebut dimiliki untuk digunakan, tidak untuk dijual kembali atau investasi.
  2. Masa manfaatnya lebih dari satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan.
  3. Mempunyai nilai yang cukuip material, artinya nilai/harga aktiva tersebut cukup tinggi. Misalnya : tanah, bangunan, mesin-mesin, dan kendaraan. Sedang untuk aktiva yang nilainya kecil, walau dapat digunakan dalam jangka panjang, tidak digolongkan sebagai aktiva tetap. Misalnya : bolpoin, kalkulator, dan gunting.

Berdasarkan sifatnya aktiva dibagi atas :

  1. Aktiva tetap berwujud (Tangible fixed assets)
  2. Aktiva tetap tidak terwujud (Intangible Fixed Assets)

Aktiva tetap berwujud sering kali disebut aktiva tetap, yaitu aktiva tetap yang memiliki bentuk fisik. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud, yaitu suatu hak tertentu untuk jangka panjang yang tidak mempunyai bentuk fisiik.


B. Harga Perolehan dan Cara Memperoleh Aktiva Tetap Berwujud


Harga Perolehan aktiva tetap meliputi semua biaya yang dikeluarkan atau terjadi untuk mendapatkan aktiva tersebut sehingga siap untuk dipakai didalam kegiatan normal perusahaan. Yang termasuk harga perolehan yaitu :
Harga beli aktiva yang bersangkutan, ditambah biaya angkutan, biaya pemasangan, biaya asuransi waktu pengangkutan, biaya percobaan, biaya komisi, biaya balik nama, dan lain-lain.
Contoh perhitungan harga perolehan :
Sebuah mesin dibeli dengan harga (menurut faktur)                                         Rp 8.000.000,-
Biaya pengangkutan                                                                       Rp 250.000,-
Biaya pemasangan                                                                          Rp 150.000,-
Biaya instalasi                                                                                 Rp 300.000,-
Biaya percobaan                                                                              Rp 300.000,-
Total biaya-biaya                                                                                                Rp 1.000.000,-
Total                                                                                                                     Rp 9.000.000,-

Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain :

  1. Membeli tunai.
  2. Membeli secara kredit atau angsuran.
  3. Pertukaran.
  4. Membuat sendiri.
  5. Diterima sebagai hadiah.

Contoh :


1. Dibeli tunai sebuah kendaraan, seharga Rp 30.000.000,-  biaya balik nama, asuransi dan lain-lain Rp 1.800.000,-
Jumlahnya :
Kendaraan                                                                          Rp 31.800.000,-
Kas                                                                                                         Rp 31.800.000,-

2. Dibeli sebuah mesin dengan 60 kali angsuran bulanan @500.000 harga tunai mesin tersebut Rp 24.000.000,-

Jumlahnya :
Mesin                                                                                            Rp 24.000.000
Bunga yang di tangguhkan                                                           Rp 6.000.000,-
Hutang angsuran                                                                                              Rp 30.000.000,-
Penjelasan :
Aktiva yang dibeli secara kredit/angsuran jangka panjang, harus dicatat seharga tunainya. Selisih antara harga tunai dengan jumlah seluruh angsuran sebagai bunga. Dan dialokasikan secara praposional sebagai beban bunga periode selama masa kontak. Dari saldo nomor 2 diatas setiap angsuran jurnal sebagai berikut :
Hutang angsuran                                              Rp 500.000,-
Beban bunga                                                     Rp 100.000,-
                Bunga yang ditangguhkan                                                     Rp 100.000,-
                Kas                                                                                         Rp 500.000,-

3. Sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 20.000.000,- telah disusutkan Rp 12.000.000,- ditukarkan dengan mesin baru seharga Rp 30.000.000,- dalam pertukaran tersebut mesin lama dihargai Rp 6.000.000,-

Jumlah jurnalnya :
Mesin (baru)                                               Rp 30.000.000,-
Akumulasi penyusutan mesin                    Rp 12.000.000,-
Rugi dari pertukaran mesin                        Rp 2.000.000,-
Mesin (lama)                                                                                     Rp 20.000.000,-
Kas                                                                                                    Rp 24.000.000,-
PENJELASAN :
Harga mesin lama                                                                             Rp 20.000.000
Telah disusutkan                                                                               Rp 12.000.000,-
Nilai sisa                                                                                           Rp 8.000.000,-
Penilaian pada waktu penukaran                                                     (Rp 6.000.000)
Rugi atas pertukaran                                                                         Rp 2.000.000,-
(masalah pertukaran ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab penghentian aktiva tetap)

4. Jika aktiva tetap diperoleh dengan membuat sendiri, maka harga perolehannya sama dengan semua biaya yang dikeluarkan sampai dengan aktiva yang bersangkutan siap pakai.

Misalnya : Dalam pembangunan gedung, harga perolehan gedung tersebut disamping biaya pembangunannya sendiri, juga termasuk biaya pembuatan dan pengurusan IMB (Izin Mendirikan Bangunan)

5. Jika tetap diperoleh sebagai hadiah, maka aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar (harga yang wajar), disertai dengan mengkredit rekening modal (modal hadiah/sumbangan/donasi).

Contoh :
Diterima hadiah dari pemerintah, sebuah mesin sebesar Rp 1.500.000,-
Jurnalnya :
Mesin                                                                                   Rp 1.500.000,-
                Modal donasi                                                                                     Rp 1.500.000,-