MAKALAH
MEDIA PEMBELAJARAN
Di
susun oleh :
Friska
Dwi Nur Hidayati
201310238
2F
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ABDURACHMAN SALEH SITUBONDO
2014
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah yang telah menolong untuk menyelesaikan makalah dengan penuh
kemudahan.Tanpa pertolongan-Nya mungkin saya
tidak dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah
yang berjudul “Media
Pembelajaran” saya
susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan Pembelajaran .
Saya mengucapkan terima
kasih kepada Dosen Mata Kuliah Media
Pembelajaran “ Syaiful Bahri,S.Pd ” yang telah memberikan
dukungan dan kepercayaan yang begitu besar, dan semua pihak yang terlibat dalam
pembuatan makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun saya berharap makalah ini
memiliki kelebihan, namun pastinya masih ada kekurangan, maka dari itu saya mohon kritik dan saran
dari pembaca agar makalah ini menjadi lebih baik.
Situbondo, 29 Juni 2014
Penyusun
Friska Dwi Nur Hidayati
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR
BELAKANG
Menurut
undang-undang Republik Indonesia nomor 20
tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional pasal 1, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka seorang pendidik harus mampu memberikan pendidikan
dan pembelajaran yang berkualitas kepada peserta didiknya. Dilihat dari sisi proses pembelajaran, guru terkadang melupakan
prinsip dasar pembelajaran KBM yaitu
memberdayakan semua potensi yang dimiliki siswa sehingga mereka akan mampu
meningkatkan pemahamannya terhadap fakta/konsep/prinsip dalam kajian ilmu
yang dipelajarinya yang akan terlihat dalam kemampuannya untuk berpikir logis, kritis dan kreatif.
Dalam hal ini
keberadaan media dalam setiap pembelajaran
sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan materi pelajaran yang mampu
memberdayakan peserta didik dan meningkatkan pemahaman terhadap fakta/konsep/prinsip sangatlah penting dimasukkan
sebagai bagian dari strategi pembelajaran
sehingga proses pembelajaran berjalan optimal.Untuk mengenal lebih jauh tentang
media dan sebagai acuan untuk pemilihan media dalam
pembelajaran, maka perlu pengkajian tentang jenis-jenis dan karakteristik media
pembelajaran itu sendiri.
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.
Apa
yang dimaksud dengan media pembelajaran?
2.
Apa
tujuan dan manfaat media pembelajaran?
3.
Bagaimana
pertimbangan dan perkembangan media pembelajaran?
4.
Apa
fungsi media pembelajaran?
5.
Apa
saja model-model media pembelajaran?
1.3 TUJUAN MASALAH
1.
Untuk
mengetahui tentang media pembelajaran.
2.
Untuk
mengetahui tentang manfaat dan tujuan media pembelajaran.
3.
Untuk
mengetahui tentang pertimbangan dan perkembangan media pembelajaran.
4.
Untuk
mengetahui fungsi media pembelajaran.
5.
Untuk
mengetahui model-model media pembelajaran.
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1 Media Pembelajaran
Media adalah alat yang digunakan untuk menyalurkan pesan
atau informasi dari pengirim kepada penerima (pesan). Istilah
pembelajaran digunakan untuk menunjukkan usaha pendidikan yang dilakasanakan
secara sengaja dengan tujuan yang ditetapkan telebih dahulu sebelum
proses dilaksanakan, serta yang pelaksanaannya terkendali.
Sementara
itu definisi dari media pembelajaran bermacam-macam diantaranya.
Media pembelajaran adalah media yang dapat menyampaikan
pesan pembelajaran atau
mengandung muatan untuk membelajarkan seseorang.
Media pembelajaran adalah segala
sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan kemauan si belajar sehingga dapat mendorong terjadinya
proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Namun dari kedua definisi
tersebut, jelas bahwa media pembelajaran
digunakan untuk menyampaikan pesan pembelajaran.
2.2 Tujuan dan Manfaat Media
Pembelajaran
Tujuan Media Pembelajaran
Tujuan
media pembelajaran sebagai alat bantu pembelajaran, adalah sebagai berikut :
a) Mempermudah proses pembelajaran di
kelas
b) Meningkatkan efisiensi proses
pembelajaran
c) Menjaga relevansi antara materi
pelajaran dengan tujuan belajar
d) Membantu konsentrasi pembelajar
dalam proses pembelajaran
Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat
media pembelajaran sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran adalah sebagai
berikut :
a) Pengajaran lebih menarik perhatian
pembelajar sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas
maknanya, sehingga dapat lebih di pahami pembelajar, serta memungkinkan
pembelajar menguasai tujuan pengajaran dengan baik
c) Metode pembelajaran bervariasi,
tidak semata-semata hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata lisan
pengajar, pembelajar tidak bosan, dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
d) Pembelajar lebih banyak melakukan
kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan penjelasa dari pengajar saja,
tetapi juga aktivitas lain yang dilakukan seperti mengamati, melakukan,
mendemonstrasikan dan lain-lainya.
1. Manfaat Media pembelajaran bagi
pengajar, yaitu:
a.
memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan
b.
menjelaskan struktur dan urutan pengajarn dengan baik
c.
memberikan kerangka sistematis secara baik.
d.
memudahkan kembali pengajar terhadap materi pembelajaran
e.
membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian dalam pembelajaran.
f.
membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar.
g.
meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Manfaat media pembelajaran bagi pembelajar, yaitu:
a.
meningkatkan motivasi belajar pembelajar
b.
memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar
c.
memberikan struktur materi pelajaran
d.
memberikan inti informasi pelajaran
e.
merangsang pembelajar untuk berpikir dan beranalisis.
f.
menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.
g.
pelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan
pengajar .
2.3 Pertimbangan Pemilihan Media
Pertimbangan
media yang akan digunakan dalam pembelajaran menjadi pertimbangan utama, karena
media yang dipilih harus sesuai dengan:
1.
tujuan pengajaran
2.
bahan pelajaran
3.
metode mengajar
4.
alat yang dibutuhkan
5.
pribadi mengajar
6.
minat dan kemampuan mengajar
7.
situasi pengajaran yang sedang berlangsung
Keterkaiatan
antara media pembelajaran dengan tujuan,
materi, metode, dan kondisi pembelajar, harus menjadi perhatian dan
pertimbangan pengajar untuk memilih dan menggunakan media dalam proses
pembelajaran dikelas, sehingga media yang digunakan lebih efektif dan efisien
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebab media pembelajaran tidak dapat
berdiri sendiri, tetapi terkait dan memiliki hubungan secara timbalebalik
dengan empat aspek tersebut. Dengan
demikian, alat-alat, sarana, atau media pembelajaran yang digunakan harus
disesuaikan dengan empat aspek tersebut, untuk mencapai tujuan pembelajaran
secara efektif dan efisien.
2.4 Fungsi Media Pembelajaran
Media Pembelajaran berfungsi untuk
merangsang pembelajaran dengan:
1.menghadirkan
obyek sebenarnya dan obyek yang langkah
2.membuat
duplikasi dari obyek yang sebenarnya
3.membuat
konsep abstrak ke konsep konkret
4.memberi
kesamaan persepsi
5.mengatasi
hambatran waktu, tempat, jumlah, dan jarak
6.menyajikan
ulang informasi secara konsisten
7.memberi
suasana yang belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik.
Selain fungsi diatas. Livie dan
Lentz(1982) mengemukakan 4 fungsi media pembelajaran yaitu:
1. Fungsi atensi berarti media visual
merupakan inti, menarik dan mengrahkan perhatian pembelajar akan berkosentrasi
pada isis pelajaran
2. Fungsi afekti maksudnya media visual
dapat dilihat dari tingkat kenikmaran pembelajar ketika belajar membaca teks
bergambar.
3. Fungsi kognitif yaitu mengungkapkan
bahwa lambang visual mempelancar pencapaian tujuan dalam memahami dan mendengar
informasi
4. Fungsi kompensatoris yaitu media
visual memberikan konteks untuk memahami teks dan membantu pembelajr yang lemah
dalam membaca untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya
kembali.
Dari empat fungsi visual, dapat
dikatakan bahwa belajar dari pesan visual memerlukan keterampilan tersendiri.
tehnik afektif adalah tehnik untuk memahami tehnik pesan visual. yang terbagi
dari beberapa fase seperti dibawah ini:
1. Fase diffrensiasi. yaitu dimana
pembelajar mula-mula mengamati, mengidentifikasi dan menganalisis
2. Fase integrasi yaitu di mana
mempelajar menempatkan unsure-unsur visual secara serempak, menghubungkan
pesan-pesan visual kepada pengalaman pengalamannya.
3. Kesimpulan, yaitu dari pengalaman
visualisai untuk kemudian menciptakan konseptualisasi baru dari apa yang mereka
pelajari sebelumnya.
Hasil penelitian Edmund Faison, dkk
dalam Nana Sudjana dan Ahmad Rivai tentng pennggunaan gambar visual dalam
pembelajaran disimpulkan:
1. Terdapat beberapa hasil penelitian
bahwa untuk memperoleh hasil belajar bagi pembelajar secara maksimal yaitu:
1.Gambar-gambar
yang digunakan harus jelas
2.Gambar
harus familiar dgn pembelajar
3.Gambar
yang digunakan ukurannya cukup besar
2. Terdapat bukti, gambar-gambar
berwarna lebih menarik minat pembelajar.
3. Hasil penelitian Mabel Rudisill.
gambar-ganbar yang disukai anak-anak adalah gambar-gambar berwarna yang
menumbuhkan impresi atau kesan realistik.
2.5 Model-model Media Pembelajaran
1. Koperatif (CL,
Cooperative Learning).
Pembelajaran
koperatif sesuai dengan fitrah manusis sebagai makhluq sosial yang penuh
ketergantungan dengan otrang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama,
pembegian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyatan itu, belajar
berkelompok secara koperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi
(sharing) pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Saling membantu dan
berlatih beinteraksi-komunikasi-sosialisasi karena koperatif adalah miniature
dari hidup bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan
masing-masing. Jadi model pembelajaran koperatif adalah kegiatan pembelajaran
dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkontruksu
konsep, menyelesaikan persoalan, atau inkuiri. Menurut teori dan pengalaman
agar kelompok kohesif (kompak-partisipatif), tiap anggota kelompok terdiri dari
4 – 5 orang, siawa heterogen (kemampuan, gender, karekter), ada control dan
fasilitasi, dan meminta tanggung jawab hasil kelompok berupa laporan atau
presentasi.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
Sintaks pembelajaran koperatif adalah informasi, pengarahan-strategi, membentuk kelompok heterogen, kerja kelompok, presentasi hasil kelompok, dan pelaporan.
2. Kontekstual (CTL,
Contextual Teaching and Learning)
Pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang dimulai dengan sajian atau tanya jawab
lisan (ramah, terbuka, negosiasi) yang terkait dengan dunia nyata kehidupan
siswa (daily life modeling), sehingga akan terasa manfaat dari materi yang akan
disajkan, motivasi belajar muncul, dunia pikiran siswa menjadi konkret, dan
suasana menjadi kondusif – nyaman dan menyenangkan. Pensip pembelajaran
kontekstual adalah aktivitas siswa, siswa melakukan dan mengalami, tidak hanya
menonton dan mencatat, dan pengembangan kemampuan sosialisasi.
Ada tujuh
indokator pembelajarn kontekstual sehingga bisa dibedakan dengan model lainnya,
yaitu modeling (pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian kompetensi-tujuan,
pengarahan-petunjuk, rambu-rambu, contoh), questioning (eksplorasi, membimbing,
menuntun, mengarahkan, mengembangkan, evaluasi, inkuiri, generalisasi),
learning community (seluruh siswa partisipatif dalam belajar kelompok atau
individual, minds-on, hands-on, mencoba, mengerjakan), inquiry (identifikasi,
investigasi, hipotesis, konjektur, generalisasi, menemukan), constructivism
(membangun pemahaman sendiri, mengkonstruksi konsep-aturan, analisis-sintesis),
reflection (reviu, rangkuman, tindak lanjut), authentic assessment (penilaian
selama proses dan sesudah pembelajaran, penilaian terhadap setiap
aktvitas-usaha siswa, penilaian portofolio, penilaian seobjektif-objektifnya
darei berbagai aspek dengan berbagai cara).
3. Realistik (RME,
Realistic Mathematics Education)
Realistic
Mathematics Education (RME) dikembangkan oleh Freud di Belanda dengan pola
guided reinventiondalam mengkontruksi konsep-aturan melalui process of
mathematization, yaitu matematika horizontal (tools, fakta, konsep, prinsip,
algoritma, aturan uantuk digunakan dalam menyelesaikan persoalan, proses dunia
empirik) dan vertikal (reoorganisasi matematik melalui proses dalam dunia
rasio, pengemabngan mateastika).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
Prinsip RME adalah aktivitas (doing) konstruksivis, realitas (kebermaknaan proses-aplikasi), pemahaman (menemukan-informal daam konteks melalui refleksi, informal ke formal), inter-twinment (keterkaitan-intekoneksi antar konsep), interaksi (pembelajaran sebagai aktivitas sosial, sharing), dan bimbingan (dari guru dalam penemuan).
4. Pembelajaran Langsung
(DL, Direct Learning)
Pengetahuan
yang bersifat informasi dan prosedural yang menjurus pada ketrampilan dasar
akan lebih efektif jika disampaikan dengan cara pembelajaran langsung.
Sintaknya adalah menyiapkan siswa, sajian informasi dan prosedur, latihan
terbimbing, refleksi, latihan mandiri, dan evaluasi. Cara ini sering disebut
dengan metode ceramah atau ekspositori (ceramah bervariasi).
5. Pembelajaran Berbasis
masalah (PBL, Problem Based Learning)
Kehidupan
adalah identik dengan menghadapi masalah. Model pembelajaran ini melatih dan
mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada
masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemamuan berpikir
tingkat tinggi. Kondisi yang tetap hatrus dipelihara adalah suasana
kondusif, terbuka, negosiasi, demokratis, suasana nyaman dan menyenangkan agar
siswa dap[at berpikir optimal.
Indikator model pembelajaran ini
adalah metakognitif, elaborasi (analisis), interpretasi, induksi, identifikasi,
investigasi, eksplorasi, konjektur, sintesis, generalisasi, dan inkuiri
6. Problem Solving
Dalam hal ini
masalah didefinisikan sebagai suatu persoalan yang tidak rutin, belum dikenal
cara penyelesaiannya. Justru problem solving adalah mencari atau menemukan cara
penyelesaian (menemukan pola, aturan, .atau algoritma). Sintaknya adalah:
sajiakn permasalah yang memenuhi criteria di atas, siswa berkelompok atau
individual mengidentifikasi pola atau atuiran yang disajikan, siswa
mengidentifkasi, mengeksplorasi,menginvestigasi, menduga, dan akhirnya
menemukan solusi.
7. Problem Posing
Bentuk lain
dari problem posing adaslah problem posing, yaitu pemecahan masalah dngan
melalui elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah menjadi bagian-bagian yang
lebih simple sehingga dipahami. Sintaknya adalah: pemahaman, jalan keluar,
identifikasi kekeliruan, menimalisasi tulisan-hitungan, cari alternative,
menyusun soal-pertanyaan.
8.
Problem Terbuka (OE, Open Ended)
Pembelajaran
dengan problem (masalah) terbuka artinya pembelajaran yang menyajikan
permasalahan dengan pemecahan berbagai cara (flexibility) dan solusinya juga
bisa beragam (multi jawab, fluency). Pembelajaran ini melatih dan menumbuhkan
orisinilitas ide, kreativitas, kognitif tinggi, kritis, komunikasi-interaksi,
sharing, keterbukaan, dan sosialisasi. Siswa dituntuk unrtuk berimprovisasi
mengembangkan metode, cara, atau pendekatan yang bervariasi dalam memperoleh
jawaban, jawaban siswa beragam. Selanjtynya siswa juda diinta untuk menjelaskan
proses mencapai jawaban tersebut. Denga demikian model pembelajaran ini lebih
mementingkan proses daripada produk yang akan membentiuk pola piker, keterpasuan,
keterbukaan, dan ragam berpikir.
Sajian masalah haruslah
kontekstual kaya makna secara matematik (gunakan gambar, diagram, table),
kembangkan peremasalahan sesuai dengan kemampuan berpikir siswa, kaitakkan
dengan materi selanjutnya, siapkan rencana bimibingan (sedikit demi sedikit
dilepas mandiri).
Sintaknya adlaha menyajikan
masalah, pengorganisasian pembelajaran, perhatikan dan catat reson siswa,
bimbingan dan pengarahan, membuat kesimpulan.
9.
Probing-prompting
Teknik
probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian
petanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir
yang mengaitkan engetahuan sisap siswa dan engalamannya dengan pengetahuan baru
yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa memngkonstruksiu
konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan
baru tidak diberitahukan.
Dengan model
pembelajaran ini proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak
sehingga setiap siswa mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak
bisa menghindar dari prses pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan
dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan terjadi sausana tegang, namun
demikian bisa dibiasakan. Untuk mngurang kondisi tersebut, guru hendaknya serangkaian
pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, nada lembut. Ada
canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi nyaman, menyenangkan, dan
ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena salah
adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi
10. Pembelajaran
Bersiklus (cycle learning)
Ramsey (1993)
mengemukakan bahwa pembelajaran efektif secara bersiklus, mulai dari eksplorasi
(deskripsi), kemudian eksplanasi (empiric), dan diakhiri dengan aplikasi
(aduktif). Eksplorasi berarti menggali pengetahuan rasyarat, eksplnasi berarti
menghenalkan konsep baru dan alternative pemecahan, dan aplikasi berarti
menggunakan konsep dalam konteks yang berbeda.
11.
Reciprocal Learning
Weinstein &
Meyer (1998) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran harus memperhatikan empat
hal, yaitu bagaimana siswa belajar, mengingat, berpikir, dan memotivasi diri.
Sedangkan Resnik (1999) mwengemukan bhawa belajar efektif dengan cara membaca
bermakna, merangkum, bertanya, representasi, hipotesis. Untuk mewujudkan
belajar efektif, Donna Meyer (1999) mengemukakan cara pembelajaran resiprokal,
yaitu: informasi, pengarahan, berkelompok mengerjakan LKSD-modul,
membaca-merangkum.
12.
SAVI
Pembelajaran
SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan
semua alat indar yang dimiliki siswa. Istilah SAVI sendiri adalah kependekan
dari: Somatic yang bermakna gerakan tubuh (hands-on, aktivitas fisik) di
mana belajar dengan mengalami dan melakukan; Auditory yang bermakna bahwa
belajar haruslah dengan melaluui mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi,
argumentasi, mengemukakan penndepat, dan mennaggapi; Visualization yang
bermakna belajar haruslah menggunakan indra mata melallui mengamati,
menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunbakan media dan alat peraga; dan
Intellectualy yang bermakna bahawa belajar haruslah menggunakan kemampuan
berpikir (minds-on) nbelajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih
menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan,
mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.
13.
TGT (Teams Games Tournament)
Penerapan model
ini dengan cara mengelompokkan siswa heterogen, tugas tiap kelompok bisa sama
bis aberbeda. SDetelah memperoleh tugas, setiap kelompok bekerja sama dalam
bentuk kerja individual dan diskusi. Usahakan dinamikia kelompok kohesif dan
kompak serta tumbuh rasa kompetisi antar kelompok, suasana diskuisi nyaman dan
menyenangkan sepeti dalam kondisi permainan (games) yaitu dengan cara guru
bersikap terbuka, ramah , lembut, santun, dan ada sajian bodoran. Setelah
selesai kerja kelompok sajikan hasil kelompok sehuingga terjadi diskusi
kelas. Jika waktunya memungkinkan TGT bisa dilaksanakan dalam beberapa
pertemuan, atau dalam rangak mengisi waktu sesudah UAS menjelang pembagian
raport. Sintaknya adalah sebagai berikut:
a) Buat
kelompok siswa heterogen 4 orang kemudian berikan informasi pokok materi dan
\mekanisme kegiatan
b) Siapkan
meja turnamen secukupnya, missal 10 meja dan untuk tiap meja ditempati 4 siswa
yang berkemampuan setara, meja I diisi oleh siswa dengan level tertinggi dari
tiap kelompok dan seterusnya sampai meja ke-X ditepati oleh siswa yang levelnya
paling rendah. Penentuan tiap siswa yang duduk pada meja tertentu adalah hasil
kesewpakatan kelompok.
c) Selanjutnya
adalah opelaksanaan turnamen, setiap siswa mengambil kartu soal yang telah
disediakan pada tiap meja dan mengerjakannya untuk jangka waktu terttentu
(misal 3 menit). Siswa bisda nmngerjakan lebbih dari satu soal dan hasilnya
diperik\sa dan dinilai, sehingga diperoleh skor turnamen untuk tiap
individu dan sekaligus skor kelompok asal. Siswa pada tiap meja tunamen sesua
dengan skor yang dip[erolehnay diberikan sebutan (gelar) superior, very
good, good, medium.
d) Bumping,
pada turnamen kedua ( begitu juga untuk turnamen ketiga-keempat dst.),
dilakukan pergeseran tempat duduk pada meja turnamen sesuai dengan sebutan
gelar tadi, siswa superior dalam kelompok meja turnamen yang sama, begitu pula
untuk meja turnamen yang lainnya diisi oleh siswa dengan gelar yang sama.
e) Setelah
selesai hitunglah skor untuk tiap kelompok asal dan skor individual, berikan
penghargaan kelompok dan individual.
14.
VAK (Visualization, Auditory, Kinestetic)
Model
pebelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan
ketiga hal tersebut di atas, dengan perkataan lain manfaatkanlah potensi siwa
yang telah dimilikinya dengan melatih, mengembangkannya. Istilah tersebut sama
halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.
15. AIR
(Auditory, Intellectualy, Repetition)
Model
pembelajaran ini mirip dengan SAVI dan VAK, bedanya hanyalah pada Repetisi
yaitu pengulangan yang bermakna pendalama, perluasan, pemantapan dengan cara
siswa dilatih melalui pemberian tugas atau quis.
16. TAI
(Team Assisted Individualy)
Terjemahan
bebas dari istilah di atas adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK)
dengan karateristirk bahwa (Driver, 1980) tanggung jawab vbelajar adalah pada
siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk
jadi dari guru. Pola komunikasi guru-siswa adalah negosiasi dan bukan
imposisi-intruksi.
Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
Sintaksi BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
17.
STAD (Student Teams Achievement Division)
STAD adalah
salah sati model pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan, buat
kelompok heterogen (4-5 orang), diskusikan bahan belajar-LKS-modul secara
kolabratif, sajian-presentasi kelompok sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap siswa atau kelompok, umumkan rekor
tim dan individual dan berikan reward.
18.
NHT (Numbered Head Together)
NHT
adalah salah satu tipe dari pembelajaran koperatif dengan sintaks: pengarahan,
buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan
persoalan materi bahan ajar (untuk tiap kelompok sama tapi untuk tiap siswa
tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiasp siswa dengan nomor sama mendapat
tugas yang sama) kemudian bekerja kelompok, presentasi kelompok dengan nomnor
siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga terjadi diskusi kelas, kuis
individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan beri
reward.
19. Jigsaw
Model pembeajaran
ini termasuk pembelajaran koperatif dengan sintaks sepeerti berikut ini.
Pengarahan, iformasi bahan ajar, buat kelompok heterogen, berikan bahan ajar
(LKS) yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan banyak siswa dalam
kelompok, tiap anggota kelompok bertugas membahasa bagian tertentu, tuiap
kelompok bahan belajar sama, buat kelompok ahli sesuai bagian bahan ajar yang
sama sehingga terjadi kerja sama dan diskusi, kembali ke kelompok aasal,
pelaksnaa tutorial pada kelompok asal oleh anggotan kelompok ahli, penyimpulan
dan evaluasi, refleksi.
20. TPS (Think
Pairs Share)
Model
pembelajaran ini tergolong tipe koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan
materi klasikal, berikan persoalan kepada siswa dan siswa bekerja
kelompok dengan cara berpasangan sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi
kelompok (share), kuis individual, buat skor perkembangan tiap siswa,
umumkan hasil kuis dan berikan reward.
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting
adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling
berkaitan. Pemilihan salah satu metode tertentu akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media.
Media mempunyai manfaat dan fungsi sebagai sarana bagi guru untuk
dapat menyampaikan materi pelajaran menjadi lebih menarik, tidak hanya monoton,
siswa tidak hanya diajak untuk berhayal dan membayangkan saja tetapi siswa
dapat melihat kenyataan walaupun hanya melalui gambar ataupun video.
3.2 Saran
Sebaiknya
bagi seorang guru dapat menggunakan media pembelajaran sehingga siswa lebih
antusias dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan dan motivasi belajar
menjadi lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
M. Atwi Suparman, Desain
Instruksioanal, Jakarta/ PAU-PPAI universitas
terbuka 2001, h.187
The Audio visual Directory. Fairfax , Virginia :
National Audio Visual Association, Inc,1981.
Arsyad,
Azhar. 2003. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Kemp,
Herold E. Planning & producing
Audiovisual. Materials, 1975.
Schramm,
Wilbur. Big Media Little Media: Tolls ang
verly Hills. Callifornia, 1977.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar