PENGEMBANGAN PERSIAPAN MENGAJAR
MAKALAH
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah Perencanaan Pembelajaran
Kelompok
6:
Endah
Dwy Kurniasari
Friska
Dwi Nur Hidayati
Nima
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ABDURACHMAN SALEH SITUBONDO
2014
KATA PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah yang telah menolong untuk menyelesaikan makalah dengan penuh
kemudahan.Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak dapat menyelesaikan makalah
ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah
yang berjudul “Pengembangan Persiapan Mengajar” kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perencanaan Pembelajaran .
Kami
mengucapkan terima kasih kepada Dosen Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran
yaitu Ibu Reki Lidyawati, S.Pd.I, M.Pd.I yang telah memberikan dukungan dan
kepercayaan yang begitu besar, dan semua pihak yang terlibat dalam pembuatan
makalah ini.
Semoga
makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.Walaupun
kami berharap makalah ini memiliki kelebihan, namun pastinya masih ada
kekurangan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran dari pembaca agar makalah
ini menjadi lebih baik.
Situbondo, 07 Juni 2014
Penyusun
Kelompok 6
Penyusun
Kelompok 6
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Salah
satu kompetensi yang perlu dimiliki seorang guru dalam melaksanakan tugasnya
adalah mengembangkan bahan ajar. Pengembangan bahan ajar penting dilakukan guru agar pembelajaran
lebih efektif, efisien, dan tidak
melenceng dari kompetensi yang ingin dicapainya.
Kompetensi
mengembangkan bahan ajar idealnya telah dikuasai guru secara baik, namun pada
kenyataannya masih banyak guru yang belum menguasainya, sehingga dalam
melakukan proses pembelajaran masih banyak yang bersifat konvensional. Dampak
dari pembelajaran konvensional ini
antara lain aktivitas guru lebih dominan dan sebaliknya siswa kurang aktif
karena lebih cenderung menjadi pendengar. Disamping itu pembelajaran yang
dilakukannya juga kurang menarik karena
pembelajaran kurang variatif. Melalui tulisan singkat ini akan dipaparkan
tentang bagaimana mengembangkan bahan ajar modul dan pemanfaatannya dalam
proses pembelajaran.
Arti
dan Peran Bahan Ajar
Bahan ajar dapat diartikan bahan-bahan atau materi
pelajaran yang disusun secara lengkap dan sistematis berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran yang
digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Bahan ajar bersifat
sistematis artinya disusun secara urut sehingga memudahkan siswa belajar. Di samping
itu bahan ajar juga bersifat unik dan spesifik. Unik maksudnya bahan ajar hanya
digunakan untuk sasaran tertentu dan dalam proses pembelajaran tertentu, dan
spesifik artinya isi bahan ajar dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai
kompetensi tertentu dari sasaran tertentu.
Dalam kegiatan pembelajaran bahan ajar sangat penting
artinya bagi guru dan siswa. Guru akan mengalami kesulitan dalam meningkatkan
efektivitas pembelajarannya jika tanpa disertai bahan ajar yang lengkap. Begitu
pula bagi siswa, tanpa adanya bahan ajar siswa akan mengalami kesulitan dalam
belajarnya. Hal tersebut diperparah lagi jika guru dalam menjelaskan materi
pembelajarannya cepat dan kurang jelas.
Oleh karena itu bahan ajar merupakan hal yang sangat penting untuk dikembangkan
sebagai upaya meningkatkan kualitas pembelajaran. Bahan ajar pada dasarnya
memiliki beberapa peran baik bagi guru,
siswa, dan pada kegiatan pembelajaran.
Peran
Bahan Ajar
Pemanfaatan
bahan ajar dalam proses pembelajaran memiliki peran penting. Peran tersebut
menurut Tian Belawati (2003: 1.4 – 1.9) meliputi peran bagi guru, siswa, dalam pembelajaran klasikal,
individual, maupun kelompok. Agar diperoleh pemahaman yang lebih jelas akan
dijelaskan masing-masing peran sebagai berikut:
Bagi
Guru; bahan ajar bagi
guru memiliki peran yaitu:
1) Menghemat waktu guru dalam mengajar.
Adanya bahan ajar, siswa dapat ditugasi mempelajari
terlebih dahulu topik atau materi yang akan dipelajarinya, sehingga guru tidak
perlu menjelaskan secara rinci lagi.
2) Mengubah peran guru dari seorang pengajar menjadi seorang
fasilitator.
Adanya bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran maka guru
lebih bersifat memfasilitasi siswa dari pada penyampai materi pelajaran.
3) Meningkatkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif
dan interaktif.
Adanya bahan ajar maka pembelajaran akan lebih efektif
karena guru memiliki banyak waktu untuk membimbing siswanya dalam memahami
suatu topik pembelajaran, dan juga
metode yang digunakannya lebih variatif dan interaktif karena guru tidak
cenderung berceramah.
Bagi
Siswa; bahan ajar bagi
siswa memiliki peran yakni:
1)
Siswa
dapat belajar tanpa kehadiran/harus ada guru
2)
Siswa
dapat belajar kapan saja dan dimana saja dikehendaki
3)
Siswa
dapat belajar sesuai dengan kecepatan sendiri.
4)
Siswa
dapat belajar menurut urutan yang dipilihnya sendiri.
5)
Membantu
potensi untuk menjadi pelajar mandiri.
Dalam
Pembelajaran Klasikal; bahan
ajar memiliki peran yakni:
1) Dapat dijadikan sebagai bahan yang tak terpisahkan dari
buku utama
2) Dapat dijadikan pelengkap/suplemen buku utama.
3) Dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar
siswa.
4) Dapat dijadikan sebagai bahan yang mengandung penjelasan
tentang bagaimana mencari penerapan, hubungan, serta keterkaitan antara satu
topik dengan topik lainnya.
Dalam
Pembelajaran Individual; bahan
ajar memiliki peran yakni:
1) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran
2) Alat yang digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses
siswa memperoleh informasi.
3) Penunjang media pembelajaran individual lainnya.
Dalam
Pembelajaran Kelompok; bahan
ajar memiliki peran yakni:
1) Sebagai bahan terintegrasi dengan proses belajar kelompok.
2) Sebagai bahan pendukung bahan belajar utama
1.2 RUMUSAN MASALAH
Bagaimana
Cara Pengelolaan Pembelajaran dan Pengembangan Bahan Ajar?
1.3 TUJUAN
Untuk
mengetahui cara pengelolaan pembelajaran dan pengembangan bahan ajar.
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1 PENGELOLAAN
SISWA
Dalam
hal ini pengelolaan peserta didik menurut Hendayat Soetopo dan Wasty Soemanto
(1982) adalah merupakan suatu penataan atau pengaturan segala aktivitas yang
berkaitan dengan peserta didik, yaitu dari mulai masuknya peserta didik sampai
dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah atau suatu lembaga.
Dengan demikian pengelolaan peserta didik itu bukanlah dalam bentuk
pencatatan/pengelolaan data peserta didik saja, melainkan meliputi aspek yang
lebih luas, yang secara operasional dapat dipergunakan untuk membantu
kelancaran upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses
pendidikan di sekolah..
Penempatan
Peserta Didik
Sebelum
peserta didik yang telah diterima mengikuti kegiatan belajar, terlebih dahulu
perlu ditempatkan dan dikelompokkan dalam kelompok belajarnya.
Dasar-dasar
pengelompokkan peserta didik ada lima macam, yaitu :
a)
Friendship Grouping. Pengelompokkan
peserta didik berdasarkan kesukaan di dalam memilih teman diantaranya peserta
didik itu sendiri.
b)
Achievement Grouping. Pengelompokkan
belajar dalam hal ini adalah campuran antara peserta didik yang berprestasi
tinggi dan peserta didik yang berprestasi rendah.
c)
Aptitude Grouping. Pengelompokkan peserta
didik berdasarkan atas kemampuan dan bakat yang sesuai dengan apa yang dimiliki
oleh peserta didik itu sendiri.
d)
Attention or Interest Grouping.
Pengelompokkan peserta didik berdasarkan atas perhatian atau minat yang
didasari oleh kesenangan peserta didik itu sendiri.
e) Intelligence
Grouping. Pengelompokkan yang didasarkan atas hasil test intelegensi yang
diberikan kepada peserta didik.
Guru dapat mengatur dan
merekayasa segala sesuatunya.Guru dapat mengatur siswa berdasarkan situasi yang
ada ketika proses belajar mengajar berlangsung.Menurut Andree,(1982) ada
beberapa pengelompokkan siswa :
a) Task
planning groups : pengelompokan berdasarkan rencana tugas.
b) Teaching
groups : siswa mengerjakan tugas yang sama pada waktu yang sama.
c) Seating
groups : pengelompokan yang bersifat umum, beberapa siswa duduk mengelilingi
meja.
d) Joint
leaning groups: pengelompokan siswa dimana satu kelompok siswa bekerja dengan
kegiatan yang saling terkait dengan kelompok lain.
e) Collaborative-groups
: kelompok kerja yang menitik beratkan pada kerjasama tiap individu
pengelompokan siswa merupakan kegiatan atau tindakan dalam rangka optimalisasi
pembelajaran.
2.2 PENGELOLAAN
GURU
Pengetahuan
adalah abstraksi dari apa yang dapat diketahui dalam jiwa orang yang
mengetahuinya (Majid,2011:123).Guru dituntut memiliki pengetahuan yang luas dan
memiliki kode etik guru.
Beberapa
prinsip dasar kode etik guru :
a. Keharusan
ilmu yang harus dibarengi dengan pengalamannya
b. Bersikap
kasih sayang terhadap siswa
c. Menghindarkan
diri dari ketamakan
d. Bersikap
toleran dan pema’af
e. Menghargai
kebenaran
f. Keadilan
dan keinsafan
g. Rendah
hati
h. Ilmu
adalah untuk pengabdian bagi orang lain
i.
Ing ngarso sung tuladha,ing madya mangun
karsa,tut wuri handayani.
Partisipasi
guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan tanggung jawab
guru secara formal. Pelayanan peserta didik sebaiknya diarahkan pada :
a.
Perkembangan kreativitas, bakat dan minat anak;
b. Keikutsertaan dalam memiliki sekolah sebagai
lembaga pendidikan di mata mereka memperoleh pengetahuan, pengalaman,
keterampilan secara langsung melalui proses belajar mengajar.
c. Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri
bahwa dirinya memiliki potensi positif yang dapat dikembangkan.
d.
Pembentukan moral dan etika sebagai peserta
didik, dan
e. Kebutuhan
peserta didik dalam menghadapi kesulitan belajar.
2.3 PENGELOLAAN PEMBELAJARAN
Pembelajaran
dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana suatu kegiatan berasal atau
berubah lewat reaksi dari suatu situasi yang dihadapi, dengan keadaan bahwa
karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut tidak dapat
dijelaskan dengan dasar kecenderungan-kecenderungan reksi asli,
kematangan, atau perubahan-perubahan sementara dari organisme. ( learning is
the process by which an activity originates or is changed through reacting to
an encountered situation, provided that the characteristics of the change in
activity cannot be explained on the basis of native response tendencies,
maturation, or temporary states of the organisme).
Dari pengertian
diatas dapatlah disimpulkan bahwa pembelajaran itu adalah merupakan suatu
penataan atau pengaturan kegiatan dalam proses menuntut ilmu. Atau suatu usaha
yang dengan sengaja dilakukan guna mencapai tujuan pengajaran atau upaya
mendayagunakan potensi kelas.
Pembelajaran
adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan
pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan
kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta
didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta
didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang
hayat seorang manusia serta dapat berlaku dimanapun dan kapanpun.
Jadi
pengelolaan pembelajaran adalah pengelolaan kelas (classroom management)
berdasarkan pendekatan menurut Weber diklasifikasikan keadaan dua pengertian
yaitu berdasarkan pendekatan otoriter dan pendekatan permisif. Berikut
dijelaskan pengertian dari masing-masing pendekatan tersebut.
1. Berdasarkan
pendekatan otoriter pengelolaan kelas adalah kegiatan guru untuk mengontrol
tingkah laku siswa, guru berperan menciptakan dan memelihara aturan kelas
melalui penerapan kelas secara ketat.
2. Pendekatan
permisif mengartikan pengelolaan kelas adalah upaya yang dilakukan oleh guru
memberi kebebasan untuk siswa melakukan berbagai aktivitas sesuai dengan yang
mereka inginkan.
Pengelolaan
pembelajaran merupakan proses untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk
mencapai tujuan pembelajaran diperlukan proses panjang yang dimulai dengan
perencanaan, pengorganisasian dan penilaian. Perencanaan meliputi kegiatan
menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, waktu dan dan personel
yang diperlukan. Sedang pengorganisasian merupakan pembagian tugas kepada
personel yang terlibat dalam usaha mencapai tujuan pembelajaran, pengkoordinasian,
pengarahan dan pemantauan. Evaluasi sebagai proses dilaksanakan untuk
mengetahui ketercapaian tujuan yang telah dicanangkan, faktor pendukung dan
penghambatnya.
Pengelolaan
adalah proses mengatur agar seluruh potensi secara optimal dalam mendukung
tercapainya tujuan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengerahan (aktuating), pengawasan (controlling).
Prinsip-prinsip
pengelolaan pembelajaran
Belajar
merupakan aktivitas yang dilakukan oleh siswa dalam rangka membangun makna ata
pemahaman, karenanya dalam pembelajaran guru perlu memberikan motivasi kepada
siswa untuk menggunakan potensi dan otoritas yang dimilikinya, untuk membangun
suatu gugusan, pencapaian keberhasilan belajar tidak hanya menjadi
tanggungjawab untuk menciptakan motivasi siswa untuk melakukan
kegiatan-kegiatan sepanjang hayat, karenanya dalam mengembangkan kegiatan
pembelajaran, guru harus memperhatikan beberapa prinsip kegiatan pembelajaran
sebagai berikut.
ü Berpusat pada siswa
Setiap siswa
pada dasarnya berbeda, dan telah ada dalam dirinya minat (Interest) kemampuan
(Ability), kesenangan (Preference), pengalaman (Experience), dan cara belajar
(Learning Style) yang beda antara siswa yang satu dengan yang lainnya.
ü Belajar dengan melakukan
Pada hakikatnya
dalam kegiatan belajar siswa melakukan aktivitas-aktivitas. Aktivitas siswa
akan sangat ideal bila dilakukan dalam kegiatan nyata yang melibatkan dirinya,
terutama untuk mencari dan menemukan, serta mempraktekannya sendiri.
ü Mengembangkan keingintahuan
Manusia
terlahir memiliki rasa ingin tahu dan imajinasi yang dimiliki siswa merupakan
modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif.
ü Mengembangkan pemecahan masalah
Dalam kehidupan
sehari-hari setiap orang akan dihadapkan kepada berbagai permasalahan yang
harus dipecahkan.
ü Mengembangkan kreativitas siswa
Siswa memiliki
potensi yang berbeda perbedaan itu terlihat pada pola pikir daya imajinasi
fantasi dan hasil karyanya, karena itu kegiatan pembelajaran perlu dipilih dan
dirancang agar memberikan kesempatan dan kegiatan kreasi secara
berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kreatifitas siswa.
ü Mengembangkan kemampuan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dan penyempurnaan. Agar ilmu pengetahuan
dan teknologi yang diproduksi manusia dapat dimanfaatkan oleh manusia pada
umumnya serta siswa pada khususnya. Siswa perlu mengenal dan mampu menggunakan
ilmu pengetahuan
dan teknologi
sejak dini serta tidak gagap terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
ü Memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anak
Pengelolaan pembelajaran dapat
optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses.
Artinya guru harus mampu menempatkan diri senbagai fasilitator dan mediator
dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu menurut Prabowo [2000], bahwa dalam
pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:
1.
Guru
hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses
belajar mengajar;
2.
Pemberian
tanggung jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang
menuntut adanya kerjasama kelompok;
3.
Guru
perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak
terpikirkan dalam perencanaan.
2.4 PENGELOLAAN LINGKUNGAN KELAS
Salah satu faktor
penting yang dapat memaksimalkan kesempatan pembelajaran bagi anak adalah
penciptaan lingkungan pembelajaran yang kondusif. Lingkungan pembelajaran dalam
hal ini, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses
pembelajaran dilaksanakan. Sedangkan kondusif berarti kondisi yang benar-benar
sesuai dan mendukung keberlangsungan proses pembelajaran. Proses pembelajaran
merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya, sehingga pada diri anak
terjadi proses pengolahan informasi menjadi pengetahuan, keterampilan dan sikap
sebagai hasil dari proses belajar.
Lingkungan kondusif
menurut Mulyasa (2004:16) dapat dikembangkan melalui berbagai layanan dan
kegiatan sebagai berikut :
a.
Memberikan pilihan bagi peserta didik yang lambat maupun yang
cepat dalam melakukan tugas pembelajaran.
b.
Memberikan pembelajaran remedial.
c.
Mengembangkan organisasi kelas yang efektif.
d.
Menciptakan suasana kerjasama dan saling menghargai.
e.
Melibatkan siswa dalam proses perencanaan pembelajaran.
f.
Mengembangkan proses pembelajaran.
g.
Mengembangkan system evaluasi pembelajaran.
Desain Lingkungan
fisik
Dalam manajemen kelas
efektif, lingkungan fisik merupakan faktor yang sangat penting. Oleh Karena
itu, lingkungan fisik harus dapat didesain secara baik dan lebih dari sekedar
penataan barang-barang di kelas. Menurut Everston et al. (2003) dalam Santrock
(2008), terdapat empat prinsip yang dapat dipakai dalam menata kelas, yaitu:
- Kurangi kepadatan di tempat lalu lalang. Daerah ini antara lain area belajar kelompok, bangku siswa, meja guru, dan lokasi penyimpanan alat tulis, rak buku, computer dan lokasi lainnya. Area-area harus dapat dipisahkan sejauh mungkin dan dipastikan mudah diakses, karena gangguan dapat terjadi pada daerah yang sering dilewati.
- Pastikan bahwa Guru dapat dengan mudah melihat semua anak. Sebagai manajer kelas, guru penting untuk memonitor anak secara cermat. Pastikan ada jarak pandang yang jelas dari meja guru, lokasi instruksional, meja anak, dan semua anak.
- Materi Pengajaran dan Perlengkapan anak harus mudah diakses. Hal ini akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, serta mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas.
- Pastikan siswa dapat dengan mudah melihat semua presentasi kelas. Tentukan di mana anda dan siswa anda akan berada saat presentasi kelas diadakan. Pada aktivitas ini, anak tidak boleh memindahkan kursi atau menjulurkan lehernya.
2.5 PENGEMBANGAN SUMBER DAN BAHAN AJAR
Pengertian Sumber Belajar
Sadiman
mendefinisikan sumber belajar sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
belajar, yakni dapat berupa orang, benda, pesan, bahan, teknik, dan latar
(Sadiman, Arief S., Pendayagunaan Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk
Pembelajaran, makalah, 2004)
Pengertian
Bahan Ajar
Dari uraian tentang pengertian sumber belajar di atas,
dapat disimpulkan bahwa bahan ajar merupakan bagian dari sumber belajar. Bahan
ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktor
dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis.
Pengelompokan
bahan ajar menurut Faculté
de Psychologie et des Sciences de l’Education Université de Genève dalam website adalah sebagai berikut :
ü
Integrated
media-written, audiovisual, electronic, and interactive-appears in all their
programs under the name of Medienverbund or Mediamix
(Feren Universitaet and Open University respectively).
http://tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfapeople/peraya.html>http://
tecfa.unige.ch/tecfa/general/tecfa-people/ peraya.html, Faculté de Psychologie
et des Sciences de l’Education Université de Genève.
ü
Media
tulis, audio visual, elektronik, dan interaktif
terintegrasi yang kemudian
disebut sebagai medienverbund (bahasa
jerman yang berarti media terintegrasi) atau mediamix.
Sedangkan Bernd Weidenmann, 1994 dalam buku Lernen mit Bildmedien mengelompokkan menjadi tiga besar,
1.
Auditiv yang menyangkut radio (Rundfunk), kaset (Tonkassette), piringan hitam (Schallplatte).
2.
Visual
(visuell) yang menyangkut Flipchart, gambar (Wandbild), film bisu (Stummfilm),
video bisu (Stummvideo), program
komputer (Computer-Lernprogramm),
bahan tertulis dengan dan tanpa gambar (Lerntext,
mit und ohne Abbildung).
3.
Audio
visual (audiovisuell) yang menyangkut berbicara dengan gambar (Rede mit Bild),
pertunjukan suara dan gambar (Tonbildschau),dan film/video.
Jenis Bahan Ajar
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dapat
dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu bahan cetak (printed) seperti
antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, model/maket. Bahan
ajar dengar (audio) seperti
kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio. Bahan ajar pandang dengar (audio
visual) seperti video compact disk, film. Bahan
ajar multimedia interaktif (interactive
teaching material) seperti CAI (Computer Assisted Instruction), compact
disk (CD) multimedia pembelajarn interaktif, dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Selanjutnya pada buku pedoman ini hanya akan dibahas
tentang bahan ajar cetak. Untuk bahan ajar non-cetak akan dibahas pada buku
pedoman tersendiri.
1.
Bahan Ajar Cetak (Printed)
Bahan cetak dapat ditampilkan dalam berbagai bentuk. Jika bahan ajar cetak tersusun secara baik
maka bahan ajar akan mendatangkan beberapa keuntungan seperti yang dikemukakan
oleh Steffen Peter Ballstaedt, 1994
yaitu:
a. Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga
memudahkan bagi seorang guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana
yang sedang dipelajari
b. Biaya untuk pengadaannya relatif sedikit
c. Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dipindah-pindah
secara mudah
d. Susunannya menawarkan kemudahan secara luas dan
kreativitas bagi individu
e. Bahan tertulis relatif ringan dan dapat dibaca di mana
saja
f. Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk
melakukan aktivitas, seperti menandai, mencatat, membuat sketsa
g. Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen
yang bernilai besar
h. Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri
Kita mengenal berbagai jenis bahan ajar cetak, antara
lain hand out, buku, modul, poster, brosur, dan leaflet.
a.
Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang
guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 389, handout is prepared statement given.
Handout adalah pernyataan yang telah disiapkan oleh pembicara.
Handout biasanya diambilkan
dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan/
KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik. Saat ini handout
dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara down-load dari
internet, atau menyadur dari sebuah buku.
b.
Buku
Buku adalah bahan tertulis yang menyajikan ilmu
pengetahuan buah pikiran dari pengarangnya. Oleh pengarangnya isi buku didapat
dari berbagai cara misalnya: hasil penelitian, hasil pengamatan, aktualisasi
pengalaman, otobiografi, atau hasil imajinasi seseorang yang disebut sebagai
fiksi. Menurut kamus
oxford hal 94, buku diartikan sebagai:
Book is number of sheet of paper, either
printed or blank, fastened together in a
cover. Buku adalah sejumlah lembaran kertas baik cetakan maupun kosong yang
dijilid dan diberi kulit. Buku sebagai bahan ajar merupakan buku yang berisi suatu ilmu pengetahuan hasil
analisis terhadap kurikulum dalam bentuk tertulis.
Buku
yang baik adalah buku yang ditulis dengan menggunakan bahasa yang baik dan
mudah dimengerti, disajikan secara menarik dilengkapi dengan gambar dan
keterangan-keterangannya, isi buku juga menggambarkan sesuatu yang sesuai
dengan ide penulisannya. Buku pelajaran
berisi tentang ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh peserta didik untuk
belajar, buku fiksi akan berisi tentang fikiran-fikiran fiksi si penulis, dan
seterusnya.
c. Modul
Modul
adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar
secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru, sehingga modul berisi paling
tidak tentang:
· Petunjuk
belajar (Petunjuk siswa/guru)
·
Kompetensi
yang akan dicapai
·
Content
atau isi materi
·
Informasi
pendukung
·
Latihan-latihan
·
Petunjuk
kerja, dapat berupa Lembar Kerja (LK)
·
Evaluasi
·
Balikan
terhadap hasil evaluasi
Sebuah modul
akan bermakna kalau peserta didik dapat dengan mudah menggunakannya.
Pembelajaran dengan modul memungkinkan seorang peserta didik yang memiliki
kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih
KD dibandingkan dengan peserta didik lainnya.
Dengan demikian maka modul harus menggambarkan KD yang akan dicapai oleh
peserta didik, disajikan dengan menggunakan bahasa yang baik, menarik,
dilengkapi dengan ilustrasi.
d.
Lembar kegiatan siswa
Lembar kegiatan siswa (student worksheet) adalah
lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk,
langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar
kegiatan harus jelas KD yang akan dicapainya.
Lembar kegiatan dapat digunakan untuk mata pembelajaran apa saja. Tugas-tugas sebuah lembar kegiatan tidak akan
dapat dikerjakan oleh peserta didik secara baik apabila tidak dilengkapi dengan
buku lain atau referensi lain yang terkait dengan materi tugasnya. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta
didik dapat berupa teoritis dan atau
tugas-tugas praktis. Tugas teoritis
misalnya tugas membaca sebuah artikel tertentu, kemudian membuat resume untuk
dipresentasikan. Sedangkan tugas praktis
dapat berupa kerja laboratorium atau kerja lapangan, misalnya survey tentang
harga cabe dalam kurun waktu tertentu di suatu tempat. Keuntungan adanya lembar kegiatan adalah bagi
guru, memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran, bagi siswa akan belajar
secara mandiri dan belajar memahami dan menjalankan suatu tugas tertulis.
Dalam menyiapkannya guru harus cermat dan memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, karena sebuah lembar kerja harus
memenuhi paling tidak kriteria yang berkaitan dengan tercapai/ tidaknya sebuah
KD dikuasai oleh peserta didik.
e.
Brosur
Brosur adalah bahan informasi tertulis mengenai suatu
masalah yang disusun secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas
beberapa halaman dan dilipat tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi
keterangan singkat tetapi lengkap tentang perusahaan atau organisasi (Kamus
besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Balai Pustaka, 1996). Dengan demikian, maka brosur dapat
dimanfaatkan sebagai bahan ajar, selama sajian brosur diturunkan dari KD yang
harus dikuasai oleh siswa. Mungkin saja brosur dapat menjadi bahan ajar yang
menarik, karena bentuknya yang menarik dan praktis. Agar lembaran brosur tidak
terlalu banyak, maka brosur didesain hanya memuat satu KD saja. Ilustrasi dalam sebuah brosur akan menambah
menarik minat peserta didik untuk menggunakannya.
f.
Leaflet
A
separate sheet of printed matter, often folded but not stitched (Webster’s New
World, 1996) Leaflet adalah
bahan cetak tertulis berupa lembaran yang dilipat tapi tidak
dimatikan/dijahit. Agar terlihat menarik
biasanya leaflet didesain secara cermat dilengkapi dengan ilustrasi dan
menggunakan bahasa yang sederhana, singkat serta mudah dipahami. Leaflet
sebagai bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring peserta didik
untuk menguasai satu atau lebih KD.
g.
Wallchart
Wallchart adalah bahan cetak, biasanya berupa bagan siklus/proses
atau grafik yang bermakna menunjukkan
posisi tertentu. Agar wallchart terlihat lebih menarik bagi
siswa maupun guru, maka wallchart
didesain dengan menggunakan tata warna dan pengaturan proporsi yang baik. Wallchart biasanya masuk dalam kategori
alat bantu melaksanakan pembelajaran, namun dalam hal ini wallchart didesain sebagai bahan ajar. Karena didesain sebagai bahan ajar, maka
wallchart harus memenuhi kriteria sebagai bahan ajar antara lain bahwa memiliki
kejelasan tentang KD dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik,
diajarkan untuk berapa lama, dan bagaimana cara menggunakannya. Sebagai contoh wallchart
tentang siklus makhluk hidup binatang antara ular, tikus dan lingkungannya.
h.
Foto/Gambar
Foto/gambar memiliki makna yang lebih baik dibandingkan
dengan tulisan. Foto/gambar sebagai bahan ajar tentu saja diperlukan satu
rancangan yang baik agar setelah selesai melihat sebuah atau serangkaian
foto/gambar siswa dapat melakukan sesuatu yang pada akhirnya menguasai satu
atau lebih KD.
Menurut Weidenmann
dalam buku Lehren mit Bildmedien
menggambarkan bahwa melihat sebuah foto/gambar lebih tinggi maknanya dari pada
membaca atau mendengar. Melalui membaca yang dapat diingat hanya 10%, dari
mendengar yang diingat 20%, dan dari melihat yang diingat 30%. Foto/gambar yang didesain secara baik dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik. Bahan ajar ini dalam menggunakannya harus
dibantu dengan bahan tertulis. Bahan tertulis dapat berupa petunjuk cara
menggunakannya dan atau bahan tes.
Sebuah gambar yang bermakna paling tidak memiliki
kriteria sebagai berikut:
·
Gambar
harus mengandung sesuatu yang dapat dilihat dan penuh dengan informasi/data.
Sehingga gambar tidak hanya sekedar gambar yang tidak mengandung arti atau
tidak ada yang dapat dipelajari.
·
Gambar
bermakna dan dapat dimengerti. Sehingga, si pembaca gambar benar-benar
mengerti, tidak salah pengertian.
·
Lengkap,
rasional untuk digunakan dalam proses pembelajaran, bahannya diambil dari
sumber yang benar. Sehingga jangan sampai gambar miskin informasi yang
berakibat penggunanya tidak belajar apa-apa.
DAFTAR
PUSTAKA
Ringkasan
eksekutif,,,,Penataan Guru Di Masa Depan,,,,Badan Penelitian dan Pengembangan
Kementrian Pendidikan Nasional 2011
Panduan pengembangan
bahan ajar 6-15 2008
Sungkono, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: FIP UNY.
Tian Belawati, dkk. (2003). Pengembangan Bahan Ajar . Jakarta: Pusat Penerbitan UT.
Universitas Terbuka (1997). Panduan Operasional Penulisan Modul. Jakarta: UT
Vembriarto, St. (1985). Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta: Yayasan Pendidikan
Paramita.
Arikunto, Suharsimi. 1986. Pengelolaan Kelas dan Siswa.
CV Rajawali. Jakarta.
Fauzi, Ahmad. 2012.Manajemen Pembelajaran. Deepublish.
Yogyakarta.
Mariyana, Rita, DKK. 2010. Pengelolaan Lingkungan
Belajar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.
Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. NTP
Press. Mataram.
Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu dalam teori dan
praktek. Prestasi Pustaka. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar